A.
Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam
rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman
kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul
adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima
wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt.
dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan
nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan)
syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa
adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab
ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau
membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan
Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul
sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami
beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang
yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka
ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang
Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka
apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara)
dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada
yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus
oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada
rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para
rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang
tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟
قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ
مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا
(رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa
jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000
orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu
jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang,
diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul.
Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan
sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita
ketahui, yaitu:
1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia
pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi
atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka
terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat
menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di
sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai
950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah
swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya
diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau
persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang
menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania)
sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa
Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara
Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum
‘Ad.
6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di
Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris.
Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud,
sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi
Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau
juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak
cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak
diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan
Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar
agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom,
bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah
swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya
kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi
kaum laki-laki.
8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun
(merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah
seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi
dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi
Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12
keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath,
diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul
Allah swt.
11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam
al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga
semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha
isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah
yusuf).
12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi
Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi
Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran
sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan
penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam
beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar
yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia
senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah
Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam
dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim
a.s.
15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung
Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah
Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari
tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada
Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di
kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat
menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu
Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa
dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari
puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai
seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang
(bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil.
Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil.
Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi
Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di
kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan
pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak
melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban,
karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu
sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa
melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci,
Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak.
Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa
kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat
Kristen.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di
tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir
yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula.
B. Tugas Para Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka
terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat,
tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan
dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt.
memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para
nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran
kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi
musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang
dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat
manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus
disembah (tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya
serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid
rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia
(tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid
sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau
beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan
dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau
direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat,
puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari
apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan
bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana
hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah
Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya,
menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan
sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan
ketentuan yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang
patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka
akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar
biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang
berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau
terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu
puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad
saw.dalam sabdanya sebagai berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص
م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
(رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل)
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R.
Ahmad bin Hanbal)
C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah
adalah sebagai berikut:
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan
semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para
rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa
dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada
rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt.
disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa
ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan
seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt.
di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam
bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan
segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam
rangka ketaatan kepada Allah swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik
yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu
Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari
jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi
manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih
dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut.
Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang
dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal
terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai
berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa
oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran
tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran
yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak
membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya
seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah
diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya
untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada
sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang
mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al
Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain)
dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada
Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya
adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu
dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan
umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan
bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu,
keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat
bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi
kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus
dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus
dihindarkan.
(Q.S. Al Hasyr ayat 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena
alasan-alasan sebagai berikut:
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu
dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan
perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi
mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur
atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah
‘Abasa).
b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah
sebagai berikut:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan
dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran
(wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan
kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka
harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang
cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot
(baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul
mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt.
disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al
Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi
umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah
bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan
betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung
merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan
bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat
(kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus
kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam
semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)
6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh
Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul
sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat
prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan
mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i
(pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah
rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui
terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah
khatamannabiyin (penutup para nabi).
b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal
dari Anas
bin Malik sebagai berikut:
اِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَضَتْ فَلاَ نَبِيَّ وَلاَ
رَسُوْلاً بَعْدِى (رَوَاهُ اَحْمَد بن حَنْبَل)
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan
rasul sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal)
c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi
Hurairah sebagai berikut:
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى
دَارًا بِنَاءً فَاَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ
زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ
وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ : هَلَّا وَضَعْتَ هَذِهِ اللَّبِنَةُ ؟
قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ (رَوَاهُ
الْبُخَارِى)
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama
dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan
diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat
(yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu.
Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya:
“Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “
Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah
penutup para nabi.” (H.R. Bukhari)
d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan
sebagai berikut:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَبْعَثَ رِجَالُوْنَ كَذَّابُوْنَ
قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ اَنَّهُ رَسُوْلَ اللهِ
(رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Artinya:
Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang
bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya
sebagai rasul Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan
untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah
Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada
nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam
sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah
sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang
menggambarkan ketidaksempurnaannya.
f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ
تَضِلُّوْا اَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ (رَوَاهُ مَالِك)
Artinya:
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh
kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua
perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk
menjadikan Al-Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya.
Selama mereka tetap konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan
dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab
terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek kehidupan
manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami
alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi
Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun
ketetapannya merupakan rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti
wahyu Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari
nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak
sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak
lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan
sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah
ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan
terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min
dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al
Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut:
“Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang
yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau
ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah
sesat dan kafir.”
7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki
peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt,
dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum
dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih
menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada
selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S.
At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang
kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah
tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah
ayat 24)
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter
keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan
seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih
dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya.
Rasulullah saw. telah bersabda:
ثَلاَثَةٌ مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ
يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ
يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ
يَعُوْدَ فِِى الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا
يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ
اَنَس)
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya
iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang
lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang
yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka
dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )
Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta
seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah
keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala
perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.”
Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk
menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial
kita.
D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan
Rasulullah, misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam
menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau.
Beliau bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan
indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai
kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus
melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
حُبِّبَ اِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ ثَلاَثٌ : اَلطِّيْبُ وَالنِّسَاءُ
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ (رَوَاهُ النّسَائِ)
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada
wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R.
an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan
umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia
individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam
diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi
selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering
mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.
E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan
Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw.
Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat,
ia dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau
memandang orang yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw.
dapat melihat di dalam gelap seperti halnya beliau melihat di waktu
terang .”
Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat
jalannya daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat
baginya, kami telah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan
berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.”
Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya
dengan senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan
badannya. Bila ia berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas.
Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat
sempurna. Kata-katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar
tanpa dibikin-bikin.
Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan
setiap umat dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya
masing-masing.
Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang
terpuji, adab susila dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka
itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Nabi
saw. dalam wujudnya yang paling sempurna sebagaimana disanjungkan
Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang agung.”
Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela
dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi
bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang
mulia.”
Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau
berdakwah di Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis
kepadanya.
Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau,
Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw.
Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di
atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum
fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu
habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin
yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada
orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi
silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat
yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah
tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak mampu melakukannya.”
Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada Rasulullah saw.
Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi permintaan
orang lain.
Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau
dikultuskan (disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat
berdiri menghormati kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk
dan beliau berkata : “ Jangan kamu berdiri menghormati kedatanganku
seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati pembesar-pembesar
mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani
menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena
itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.”
(Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal
75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar