-->

Minggu, 27 Maret 2011

TEMBIKAR TRADISIONAL SUNGAI JANIAH SUMATERA BARAT TRADITIONAL EARTHENWARE OF SUNGAI JANIAH WEST SUMATERA



Keyword : traditional earthenware, janiah river
Kerajinan tembikar tradisional dewasa ini semakin menurun perkembangannya karena tidak mampu bersaing dengan produk industri. Masalah yang paling sering dihadapi adalah masalah pengembangan teknologi dan pemasaran. Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Janiah Kabupaten Agam Sumatera Barat, karena belum pernah diteliti orang lain, dan belum ada referensi tertulis tentang kerajinan tersebut, Penelitian ini perlu dilakukan supaya aset budaya bangsa ini tidak terlupakan begitu saja dan dibutuhkan bagi dunia ilmu pengetahuan. Metode penelitian adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan kebudayaan. Data penelitian diperoleh dengan observasi langsung, dan wawancara serta melakukan catatan lapangan terhadap hal-hal yang dapat mendukung temuan penelitian. Temuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

Latar belakang berdirinya kerajinan tembikar Sungai Janiah yaitu dari legenda Ikan Sakti, merupakan 'karma' dari penguasa alam terhadap ibu yang lalai mengasuh anaknya, sehingga anak itu menjadi Ikan. Semenjak kejadian itu setiap ibu dilarang meninggalkan anaknya sendirian di rumah. Ibu boleh bekerja di rumah, sambil mengasuh anak. Pekerjaan yang dipilih adalah membuat tembikar, karena mudah memperoleh bahan baku, dan mudah pula pembuatannya. Filosofi tembikar Sungai Janiah adalah "Filosofi Ibu dan Anak". Hal ini terungkap dari sikap dan prilaku membuat tembikar seperti mengasuh anak, dan tahap-tahapan pembuatan tembikar mempunyai nama-nama seperti mengasuh anak.

Bentuk tembikar Sungai Janiah secara umum adalah bulat, dan berfungsi sebagai wadah keperluan rumah tangga. Tembikar Sungai Janiah tidak banyak mengalami perubahan bentuk, tetapi terjadi perubahan fungsi dan makna. Tidak terjadinya perubahan bentuk karena keterbatasan kemampuan pengerajin dan faktor sosial budaya daerah setempat. Perubahan fungsi karena tembikar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, tergantung kepada penggunanya. Perubahan makna karena perkembangan ilmu pengetahuan dan agama Islam yang menggeser keyakinan-keyakinan lama. Meskipun kerajinan tembikar Sungai Janiah saat ini menurun perkembangannya, tetapi memiliki potensi untuk dikembangkan lagi (revitalisasi) di masa yang akan datang, karena tersedianya bahan baku yang melimpah serta tenaga kerja yang banyak. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu di dukung oleh tenaga ahli dan lembaga-lembaga yang terkait.


(penulis tidak mengijinkan untuk menampilkan tesis ini dalam bentuk full-text)
Deskripsi Alternatif :

The traditional earthenware craft today is decreasingly developing due to its inability to compete with industrial products. The problems most commonly faced are the technological development and the marketing problems. This study was done in Sungai Janiah Kabupaten Agam, West Sumatera, because it has never before research has been done in this field, and no written reference yet exists concerning this craft. This study had to be done so the nation's cultural asset will be not forgotten without more and is needed for the scientific world. The method of study used is the qualitative method with the cultural approach. Data of study was acquired by direct observation, and interviews and field notes were made concerning matters that can support the study findings. The study findings can be explained as follows:

The background of the establishment of the earthenware craft of Sungai Janiah is acquired from the legend The Sacred Fish, which is a "karma" of the nature's authority against a mother who neglected the care of her child, so that the child be came a fish. Since then every mother is forbidden to leave her child alone at home. The mother may work at home while taking care of her children. The work chosen is making earthenware, because the easily available raw material, and easily done. The philosophy of the earthenware of Sungai Janiah is "Mother and Child Philosophy". This is reflected by the attitude and behaviour in making earthenware like child-caring, and each stage of making earthenware is based on that.

Commonly the earthenware of Sungai Janiah is round-formed, functioning as household utensils receptacles. The Sungai Janiah earthenware has not experienced many changes in form, but in function and meaning. No changes in form is due to the limited capacity of the craftsmen and the local socio-cultural factor. The change in meaning is due to scientific developments and socio-cultural changes. Although the earthenware craft of Sungai Janiah is decreasingly developing today, it still has potential to be revitalized in the future, due to the abundant supply of raw material and labour force. For making these ideals a reality, support from experts and involved institutions is needed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar