Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses
pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang
dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui
glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat
tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli
ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan
ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan
dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks
adrenal, uterus dan lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Turut
Mempengaruhi Susunan Urin
Untuk mendapatkan hasil
analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain
persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin.
Beberapa
hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin
misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan
zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan
hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan
cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan
bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin,
seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain.
Pada tes
kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih
pekat.
Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari,
tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu
sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut
tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein,
glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, ialah urin yang
dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang
kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu
encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.
Urin pagi ialah urin
yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk
pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.
Pada
penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi
dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen
yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan
urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi
urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut
ditampung.
Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia
Urin
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan
glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Pemeriksaan
Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna,
kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna
untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan
cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan
berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.
Volume
urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur,
berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin
dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik
seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang
mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh
perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus,
hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24
jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini
mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam
kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali
lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik
disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Warna
urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang
dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah,
merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi
oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya
warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda
warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning
tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin
disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti
urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu
dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan
warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau
obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang
memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan
dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh
atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel
dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat
amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung.
Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh
chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam
jumlah banyak.
Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal,
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop,
gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat
jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi
berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan
bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada
penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang
dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
Bau
urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan
adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh
bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan
protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
pH
urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena
dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar
antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih
dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia
coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman
Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin
dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau
oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
Pemeriksaan
Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan
mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau
urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen
dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan
lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif
besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah
unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah
rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan
leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal
cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan
tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan
antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu
organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Eritrosit
atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam
urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan
normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit
hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi
dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria.
Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti
infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit
dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di
urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran
kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor
albus.
Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus
ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan
kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel.
Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh
tubuli ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan
dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa
dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan
silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit,
silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu
menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai
silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan
silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut
didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam
saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan
bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan
tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari
jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin.
Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari
obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal
leucin.
Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan
dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat
meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih.
Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat
bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami
degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV
atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
Pemeriksaan
Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan
kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil
cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens
pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.
Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa,
keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan
hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan,
penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara
penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin
dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera
dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam,
sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan
dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.
Agar
didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin
pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam.
Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena
zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin
dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang
menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk
protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil
positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena
terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk
pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein
lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein.
Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin.
Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener
dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif
palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan
prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena
penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria,
mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi
glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena
kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli
ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik,
sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut
dan lain-lain.
Pemeriksaan glukosa dalam urin
dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan
glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif
dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar
glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai
250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena
gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak
bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu
pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda
keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa
dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa
dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi
glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma
Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena
ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria,
kehamilan dan sindroma Fanconi.
Benda- benda keton
dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus
segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi
asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka
untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil
positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein,
metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam
keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan
puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes
mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda
keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda
keton dalam serum meningkat.
Pemeriksaan bilirubin dalam
urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam
suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate,
sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya
bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan
ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu
dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin
mengandung metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan
urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam
keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit
per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin
disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang
berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat
darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh
perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter
urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang
utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil
negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil
positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti
hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi
saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
Dalam
keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan
dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat
nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari
105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang
diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4
jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan
memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan
mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam.
Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena
basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang
tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat
menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli
kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan
negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat
jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C
melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03
mg/dl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar